Profil Desa Miritpetikusan

Ketahui informasi secara rinci Desa Miritpetikusan mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.

Desa Miritpetikusan

Tentang Kami

Desa Miritpetikusan di Kebumen, Jawa Tengah, merupakan desa pesisir dinamis yang unggul dalam pertanian melon, semangka, dan inovasi produksi garam berkualitas tinggi melalui BUMDes. Desa ini juga mengembangkan potensi wisata bahari melalui Pantai Wuni Me

  • Pusat Inovasi Garam

    Pelopor "Kampung Garam" di Kebumen dengan teknologi tunnel yang menghasilkan produk berkualitas dan menopang ekonomi lokal melalui BUMDes "Sekar Rukun".

  • Lumbung Hortikultura Pesisir

    Unggul dalam budidaya pertanian lahan pasir dengan komoditas utama melon, semangka, dan jambu kristal yang telah menembus pasar regional.

  • Destinasi Wisata Bahari dan Budaya

    Memiliki Pantai Wuni Melodi sebagai daya tarik wisata utama yang diperkaya dengan event budaya tahunan "Sedekah Laut" yang meriah.

Pasang Disini

Miritpetikusan, sebuah desa di pesisir selatan Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, menjelma menjadi kawasan yang dinamis dengan mengoptimalkan potensi bahari dan agraria. Berada di Kecamatan Mirit, desa ini tidak hanya menjadi lumbung pangan melalui pertanian tadah hujan, tetapi juga menorehkan prestasi sebagai sentra produksi garam dan destinasi wisata yang kian populer.

Terletak strategis di jalur lintas selatan, Desa Miritpetikusan terus berbenah, memadukan tradisi dengan inovasi untuk meningkatkan kesejahteraan warganya. Dengan topografi landai berpasir yang berhadapan langsung dengan Samudra Hindia, desa ini menyimpan pesona alam sekaligus tantangan yang berhasil dikonversi menjadi peluang ekonomi. Perkembangan ini didukung oleh semangat gotong royong masyarakat dan tata kelola pemerintahan desa yang progresif.

Geografi dan Kondisi Wilayah

Desa Miritpetikusan secara administratif terletak di Kecamatan Mirit, Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah. Lokasinya berada sekitar 2,5 kilometer ke arah barat dari pusat pemerintahan Kecamatan Mirit dan dapat diakses melalui Jalan Daendels yang menjadi urat nadi perekonomian di pesisir selatan. Luas wilayah Desa Miritpetikusan mencapai 183,55 hektar, yang seluruhnya merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata sekitar 8 meter di atas permukaan laut.

Secara geografis, wilayah desa ini memiliki karakteristik yang unik. Sebagian besar lahannya bertanah pasir, khas daerah pesisir, yang memengaruhi pola permukiman dan jenis komoditas pertanian yang dikembangkan. Permukiman penduduk cenderung mengelompok dan berderet, dipisahkan oleh lahan pertanian yang membentang luas.

Batas-batas wilayah Desa Miritpetikusan meliputi:

  • Sebelah Utara: Berbatasan dengan Desa Blengor Wetan

  • Sebelah Timur: Berbatasan dengan Desa Tlogodepok

  • Sebelah Selatan: Berbatasan langsung dengan Samudra Hindia

  • Sebelah Barat: Berbatasan dengan Desa Sumberjati

Berdasarkan data monografi desa tahun 2022, jumlah penduduk Desa Miritpetikusan tercatat sebanyak 1.841 jiwa yang tergabung dalam 552 Kepala Keluarga (KK). Dengan luas wilayah tersebut, kepadatan penduduk desa ini mencapai sekitar 1.003 jiwa per kilometer persegi, menunjukkan tingkat kepadatan yang cukup signifikan untuk sebuah kawasan perdesaan. Secara administratif, pemerintahan desa terbagi ke dalam 3 pedukuhan, yakni Dukuh Entak, Dukuh Kepek dan Dukuh Krajan.

Perekonomian Desa: Inovasi Garam dan Kekuatan Agraris

Perekonomian Desa Miritpetikusan ditopang oleh tiga pilar utama: pertanian, perikanan (khususnya produksi garam), dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Sektor-sektor ini saling bersinergi, digerakkan oleh inisiatif warga dan dukungan lembaga desa seperti Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) "Sekar Rukun".Sektor pertanian menjadi tulang punggung utama bagi mayoritas penduduk. Dengan memanfaatkan lahan berpasir, para petani di Miritpetikusan sukses membudidayakan tanaman hortikultura yang bernilai ekonomi tinggi. Komoditas unggulan yang terkenal dari desa ini ialah buah melon dan semangka yang hasilnya telah dipasarkan ke berbagai daerah. Selain itu, petani setempat juga mengembangkan budidaya jambu kristal yang menjadi produk unggulan lainnya. Sistem pertanian yang diterapkan umumnya merupakan sistem tadah hujan, yang berarti sangat bergantung pada siklus musim.

Terobosan signifikan dalam perekonomian desa datang dari sektor perikanan, yaitu melalui pengembangan produksi garam. Melalui Kelompok Usaha Garam Rakyat (KUG) "Jagad Kidul" dan dikelola lebih lanjut oleh BUMDes Sekar Rukun, Miritpetikusan berhasil menjadi salah satu pelopor "Kampung Garam" di Kebumen. Inovasi yang diterapkan ialah penggunaan metode tunnel atau rumah prisma untuk proses kristalisasi garam. Teknologi ini memungkinkan produksi garam tetap berjalan meski dalam kondisi cuaca yang kurang menentu, serta menghasilkan garam dengan kualitas yang lebih bersih dan kadar NaCl yang lebih tinggi, mencapai 97,73%. Keberhasilan ini tidak hanya bertujuan memenuhi kebutuhan garam lokal tetapi juga sebagai upaya mengurangi ketergantungan pada garam impor.

Di samping pertanian dan produksi garam, sektor UMKM turut menggeliat. Salah satu produk olahan yang cukup dikenal yakni emping melinjo. Usaha yang dikelola oleh para ibu rumah tangga ini terus didorong pengembangannya, terutama dalam hal inovasi rasa dan pengemasan produk agar memiliki daya saing yang lebih tinggi di pasaran.

Pesona Wisata dan Budaya Pesisir

Potensi Desa Miritpetikusan tidak terbatas pada sektor ekonomi produktif, tetapi juga merambah ke dunia pariwisata. Aset utama yang kini menjadi daya tarik utama ialah Pantai Wuni Melodi. Pantai ini menawarkan panorama khas pesisir selatan dengan hamparan pasir hitam dan deburan ombak Samudra Hindia. Nama "Wuni Melodi" sendiri cukup unik, merefleksikan suasana pantai yang asri (Wuni) dan adanya fasilitas hiburan berupa karaoke (Melodi) yang dapat dinikmati pengunjung secara gratis, menciptakan pengalaman wisata yang berbeda.

Pengembangan Pantai Wuni Melodi terus dilakukan oleh pemerintah desa dan kelompok sadar wisata setempat. Berbagai fasilitas penunjang seperti warung makan, area parkir, dan spot foto mulai tertata rapi untuk memberikan kenyamanan bagi wisatawan. Keberadaan pantai ini secara langsung memberikan dampak ekonomi bagi warga sekitar yang membuka usaha di kawasan wisata.

Daya tarik Miritpetikusan juga diperkuat oleh penyelenggaraan acara budaya yang rutin digelar setiap tahun, yaitu Grebeg Suran atau yang lebih dikenal dengan Sedekah Laut. Tradisi yang dilaksanakan untuk menyambut Tahun Baru Hijriah ini merupakan wujud rasa syukur masyarakat, terutama para nelayan, atas rezeki yang melimpah dari laut. Prosesi ini sangat meriah, ditandai dengan kirab budaya yang mengarak beberapa gunungan berisi hasil bumi dari setiap Rukun Warga (RW) menuju bibir pantai. Puncak acara ialah prosesi larung atau melarungkan sesaji ke laut lepas, yang kemudian diikuti dengan rebutan isi gunungan oleh warga dan pengunjung. Acara ini tidak hanya menjadi ritual sakral tetapi juga atraksi budaya yang berhasil menarik minat wisatawan.

Tata Kelola dan Pembangunan Desa

Pemerintahan Desa Miritpetikusan, yang dipimpin oleh Kepala Desa dan didukung oleh perangkat desa serta lembaga kemasyarakatan, secara aktif mengawal pembangunan di berbagai sektor. Musyawarah Desa (Musdes) menjadi forum utama untuk merencanakan dan menetapkan arah pembangunan, termasuk pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes). Berbagai kegiatan pembangunan infrastruktur, seperti perbaikan jalan desa, terus diupayakan untuk menunjang mobilitas warga dan kelancaran distribusi hasil bumi.

Lembaga seperti BUMDes "Sekar Rukun" memegang peranan krusial dalam mengelola aset dan potensi ekonomi desa secara profesional. Selain mengelola unit usaha tambak garam, BUMDes juga diharapkan dapat merambah unit usaha lain yang potensial untuk dikembangkan. Sinergi antara pemerintah desa, BUMDes, KUG, dan kelompok masyarakat lainnya menjadi kunci keberhasilan dalam menggerakkan roda pembangunan di Miritpetikusan.

Pemerintah desa juga aktif dalam kegiatan pembinaan masyarakat, baik dalam bidang keagamaan, sosial, maupun pemberdayaan ekonomi. Kehadiran berbagai lembaga pendidikan, mulai dari PAUD, RA, hingga SD, serta puluhan tempat pengajian (TPQ), menunjukkan kuatnya komitmen masyarakat terhadap pembangunan sumber daya manusia sejak dini.